Di benak saya sendiri terbesit spekulasi yang lebih liar lagi, bahwa mimpi mungkin adalah bentuk komunikasi antar semesta ini. Dengan berhasil dibuktikannya teori quantum entanglement, seolah-olah sebuah kotak pandora telah dibuka, segala macam pemikiran liar menjadi mungkin, teori fisika bisa menjadi new age spirituality, benar-benar gila.

Dari pembabaran saya ini, ada benang merah yang kuat antara momen dan mimpi, mungkin itulah sebabnya ketika kita menyesal tidak berani menangkap momen berkenalan dengan wanita di bangku seberang saat naik angkot, kita membawanya dalam mimpi, dengan memimpikan kita bergandengan tangan dengan wanita tersebut, bisa jadi memang itulah yang terjadi di semesta "seberang".
Pesan saya, hiduplah secara full (jadi teringat ama mbah Surip, hihihi) moment by moment without regret, then you have the chance being more than life.. :) okay.
Terakhir saya tambahkan ucapan terkenal dari Zhuangzi, filosof terkenal China dari milenia yang lalu :
Once upon a time, I, Zhuangzi, dreamt I was a butterfly, fluttering hither and thither, to all intents and purposes a butterfly. I was conscious only of my happiness as a butterfly, unaware that I was ZhuangziNow I do not know whether I was then a man dreaming I was a butterfly, or whether I am now a butterfly, dreaming I am a man.
Suatu hari, aku, Zhuangzi, bermimpi aku adalah kupu-kupu, terbang ke sana kemari, seperti laiknya kupu-kupu. Saya sadar dengan penuh kebahagiaan sebagai kupu-kupu, tanpa menyadari bahwa aku Zhuangzi. Sekarang aku tidak tahu apakah aku adalah seorang pria bermimpi aku kupu-kupu, atau apakah saya sekarang kupu-kupu, bermimpi aku seorang laki-laki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar